Nasehat Keras Sahabat Nabi untuk Mereka yang Berjidat Hitam, dari Jelek hingga ciri khawarij
SuaraNetizen.com - Dalam Surat Al-Fath ayat 29 dinyatakan, yang
artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud” (QS al Fath:29).
Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira
bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan
‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’.
Padahal bukan demikian yang dimaksudkan. Diriwayatkan oleh Thabari
dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan
‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang
dimaksudkan adalah kekhusyuan. Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan
sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah
shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah
orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya,
“Siapakah anda?”.
“Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya (jidatnya).
Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat
bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya
penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan
penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya
terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau
lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih
baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid
ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf
datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah
merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud.
Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian
waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada
wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman
Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’
apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara
kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia
adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat
Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat
adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu
tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij
(baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa
bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan
hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu
Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat.
Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang
didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku.
Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya.
Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di
antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia
mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi
memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya. Dia lantas
berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah,
setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih
adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau Sholallohu alaihi wasallam bersabda,
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan
mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun
alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama
sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah
menembusnya kemudian mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas
mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no
19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
(Dari arah timur disini adalah dari sebelah timurnya madinah yaitu
Najd/Riyadh yang tak lain adalah asal dari pendiri sekte wahabi,
Muhammad bin Abdul Wahhab, penampilannya seperti orang tersebut yaitu
jidatnya hitam)
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu
berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan
inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.?
( Oleh Dafid Fuadi/NU Jombang )
Semoga Allah melindungi jidat kita agar tidak hitam...aamiin.
Tidak ada komentar: